Pandemi Berkepanjangan Pukul Harga Panen Masyarakat Sambas, Petani Berharap Pemerintah Naikkan Harga Padi dan Turunkan Harga Obat serta Pupuk

  • Share
Keterangan foto: Petani padi. (Ilustrasi/Istimewa)
Keterangan foto: Petani padi. (Ilustrasi/Istimewa)

SAMBAS, infodesaku.com – Sejak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang bercocok tanam benar-benar mengeluh, dimana harga barang semakin hari semakin naik.

“Sementara harga-harga barang masyarakat seperti padi semakin murah, tidak sesuai sama harga obatnya,” ujar salah satu masyarakat Desa Parit Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas.

Kepada wartawan Infokalbar.com, Selasa 1 Maret 2022, Entin, seorang ibu di Kecamatan Salatiga mengatakan, khususnya harga padi saat ini sangat murah, berbanding terbalik dengan harga obat-obatan dan semprot organik.

“Semuanya serba mahal, kita mau bercocok tanam khususnya bertanam padi di ladang jelas memerlukan obat-obat atau pun pupuk-pupuk organik lainnya, akan tetapi harga obat sangat lah tinggi-tinggi, nggak sesuai dengan harga padi per-kilonya cuma Rp 4 ribu,” ujar Entin.

Entin selaku masyarakat yang membidangi bidang pertanian khususnya bercocok tanam di bidang menanam padi di ladang berharap agar harga padi bisa naik dari harganya sekarang, agar bisa berimbang dengan harga obat-obatan organik yang dipakai untuk bercocok tanam.

Lebih lanjut, ibu paruh baya ini juga mengatakan, dengan harga padi bisa naik kedepannya mungkin bisa menyeimbangkan dengan harga sembako yang kian hari juga kian serba mahal.

“Semoga pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Sambas maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mau kedepannya lebih sedikit memikirkan nasib kami para petani, karena bagi kami ibu-ibu di kampung–ya memang kebanyakan bekerja di ladang sawah–bercocok tanam menanam padi,” ujarnya

Kepada wartawan Infokalbar.com, Entin turut mengucapkan terima kasih semoga keluhan para petani seperti dirinya bisa tersampaikan dan didengar oleh pemerintah daerah.

“Dengan harapan kami, harga padi bisa naik sehingga bisa mengimbangi harga obat-obat organik yang dibutuhkan untuk bercocok tanam,” jelas Entin lagi.

Ia menambahkan, dimasa yang serba sulit seperti ini, kebanyakan mereka bercocok tanam di ladang juga untuk menghindari kerumunan orang ramai, karena dengan bercocok tanam hasilnya bisa sebagian buat makan dan sebagian bisa dijual untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari di pasar.

“Semoga harapan kami masyarakat yang membidangi bidang pertanian khususnya menanam padi di ladang, sekali lagi, agar harga padi kedepannya bisa naik dan bisa mengimbangi harga obat-obat organik,” tutupnya. (Indra)

  • Share
Exit mobile version